PDM Kota Medan - Persyarikatan Muhammadiyah

 PDM Kota Medan
.: Home > Sejarah

Homepage

Sejarah Muhammadiyah Kota Medan


Kota Medan sebagai ibukota povinsi Sumatera Utara, merupakan pintu gerbangnya Indonesia bagian barat. Masa dahulunya, kota Medan, sebagai pusat perdagangan sekaligus pusat kegiatan sosial dan agama.

Kota Medan memiliki luas 26.510 Hektar (265,10 Km2) atau 3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan kabupaten lainnya, Kota Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil, tetapi dengan jumlah penduduk yang relatif besar.

Secara geografis kota Medan terletak pada 3 30' - 3 43' Lintang Utara dan 98 44' Bujur Timur. Untuk itu topografi kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5 – 36,5 meter diatas permukaan laut.

Pada kota-kota besar, khususnya sebagai ibu kota suatu daerah, biasanya disitu ditempatkan sebagai pusat-pusat kegiatan dari berbagai institusi.

Untuk mengungkapkan sejarah suatu lembaga atau organisasi sedianya harus didukung data yang otentik. Validitas sejarah adalah mutlak mendapatkan data yang demikian. Tetapi, untuk mendapatkan data yang otentik itu boleh jadi akan mengalami banyak kesukaran. Banyak diantara data itu tak lengkap, mungkin juga faktanya tidak mendukung, dan boleh jadi sumbernya tidak jelas.

Yang demikian itulah yang saat ini dihadapi ketika akan menyusun Sejarah Muhammadiyah di Kota Medan. Banyak data tak tertulis daripada data tertulis yang didapat dalam menyusun sejarah tersebut. Namun, yang demikian itu tidak sampai mengurangi validitas sejarah asalkan sumbernya masih dapat dipercaya.

Pada masa penjajahan Belanda dahulu di kota Medan terdapat sebuah kawasan seluas 10 hektar yang komunitas penduduknya dihuni oleh keturunan India Tamil, sehingga daerah tersebut dinamakan Kampung Keling atau Kampung Madras. Hampir semua jalan yang ada di kawasan itu diberi nama-nama kota di India atau nama-nama kerajaan Hindu di Indonesia. Pada masa itu kita bisa menemukan jalan Muaratakus, jalan Taruma, jalan Kalkuta (sekarang jalan Haji Zainul Arifin), dan jalan Nagapatam tempat bersejarah dimulainya gerakan Muhammadiyah di kota Medan ini.

Bapak Kalimin Sunar dalam sarasehan sehari Muhammadiyah Sumatera Timur, 22 Juli 1990 makalahnya yang ditulis dalam buku Profil Muhammadiyah Sumatera Utara dijelaskan bahwa pengesahan berdirinya Muhammadiyah di Sumatera Timur pada tanggal 1 Juli 1928, namun kegiatan propaganda (dakwah) gerakan Muhammadiyah sudah dimulai sejak 25 Novembar 1927 di Jalan Nagapatam No.44, sekarang Jalan Kediri, Medan di rumah milik seorang pedagang makanan mie rebus bernama Entong Sahari *) yang menjadikan rumahnya tempat memelihara dan mengasuh beberapa anak yatim piatu, dan pada malam harinya sebagai tempat mengaji beberapa orang perantau dari Minangkabau yang telah lama menetap sebagai pedagang Pajak Bundar Petisah, Medan diantaranya St.Djuin, Mas Pono, Sutan Marajo, Haji Syuaib dan lain sebagainya. Di rumah ini mereka selalu mengadakan pengajian dan membahas tentang gerakan Islam di Indonesia. Apalagi jamaahnya ada yang berasal dari Jawa, Mandailing dan Minangkabau. Mereka dahulu di kampung halamannya sudah menerima paham gerakan pembaharuan Islam, disebut Muhammadiyah. Terutama di Minangkabau yang sudah berdiri Muhammadiyah sejak tahun 1925 di Sungai Batang Maninjau. Walaupun mereka bukan kategori muballigh yang terampil dan sengaja dikirim, tetapi mereka simpatisan Muhammadiyah yang tersentuh hatinya dengan gerakan Muhammadiyah. Dari beberapa kali pertemuan akhirnya mereka sepakat mendirikan Muhammadiyah dimana awalnya gerakan ini telah dirintis sejak tahun 1923, terutama Mas Pono yang datang dari Yogyakarta, maka didekatilah HR. Muhammad Said yang pernah menjadi Ketua Syarikat Islam di Pematang Siantar sebagai tenaga baru kekuatan Muhammadiyah.

                                      Pajak Bundar Petisah dahulu dimana beberapa pedagang di sini ikut membidani
lahirnya Muhammadiyah di Kota Medan. Sekarang pajak ini telah dirubuhkan
dan berdiri tugu patung Guru Patimpus.


Dengan demikian sejak tanggal 1 Juli 1928 dibentuklah Muhammadiyah secara resmi ketua yang pertama HR Muhammad Said dan Mas Pono sebagai sekretarisnya serta dilengkapi oleh St.Djuin dan Haji Syuaib, sebagai anggota. Secara lengkap kepengurusan Muhammadiyah ini adalah :
                  Ketua                    :  HR Muhammad Said
                  Wakil Ketua          :  Djuin St. Penghulu
                  Sekretaris              :  Mas Pono
                  Wkl Sekretaris      :  Penghulu Manan
                  Bendahara             :  St. Saidi
                  Advisour                :  Tanjung Mhd. Arief
                  Anggota                 :  - Kongo St.Maradjo,
                                                  - Hasan St.Batuah,
                                                  - Awan St.Saripado,
                                                  - H.Syuaib, dan
                                                  - Sutan Berahim 

Sayang rumah bersejarah tempat pertama kali berdirinya Muhammadiyah di Kota Medan ini sudah menjadi milik orang lain karena telah dialihkan kepemilikannya oleh salah seorang anak angkat Bapak Entong Sahari pada tahun 1970-an.

Frekuensi gerakan dakwah Muhammadiyah semakin ditingkatkan, dengan mendatangkan penceramah dari Sumatera Barat dan penceramah lainnya, yang terfokus pada masalah usholli, meluruskan arah kiblat, shalat pakai dasi, kenduri kematian, ziarah kubur (kuburan keramat), shalat Hari Raya dilapangan terbuka dan shalat lail 11 rakaat, terutama bulan Ramadhan. Gerakan Muhammadiyah perkotaan ini, meluas sampai ke kota pesisir lainnya, mulai muncul komunitas kecil Muhammadiyah (sekarang pimpinan Ranting Muhammadiyah).

Hampir rata-rata pada 1930-an itu berdiri banyak ranting Muhammadiyah di Sumatera Utara, sebagai adanya simpati dari para tokoh-tokoh agama setempat. Diantara Cabang Muhammadiyah yang didirikan tahun 1930-an itu antara lain:

  1. Pimpinan Cabang Muhammadiyah Medan Kota, 25 Novembar 1927
  2. Pimpinan Cabang Muhammadiyah Pancurbatu, 18 Januari 1928
  3. Pimpinan Cabang Muhammadiyah Pematang Tanah Jawa, 27 April 1920
  4. Pimpinan Cabang Muhammadiyah Tebing Tinggi, 1 Mei 1929
  5. Pimpinan Cabang Muhammadiyah Kisaran, 23 Desember 1929
  6. Pimpinan Cabang Muhammadiyah Pematang Siantar, 27 Januari 1930
  7. Pimpinan Cabang Muhammadiyah Kerasaan, 5 Maret 1930
  8. Pimpinan Cabang Muhammadiyah Glugur, 1 Juli 1930
  9. Pimpinan Cabang Muhammadiyah Tanjung Balai, 12 Oktober 1930
10. Pimpinan Cabang Muhammadiyah Binjai 20 November 1930
11. Pimpinan Cabang Muhammadiyah Perdagangan, 7 Desember 1930
12. Pimpinan Cabang Muhammadiyah Indrapura, 16 Juni 1931

Pada kongres ke-19 Muhammadiyah tahun 1930 di Bukit Tinggi, ditetapkan HR Muhammad Said menjadi ketua perwakilan Hofd Bestur (HB) Muhammadiyah Daerah Pesisir Timur. Jabatan ini beliau emban sampai akhir hayatnya (wafat 22 Desember 1939). Dengan wafatnya HR Muhammad Said, untuk sementara waktu Hofd Bestur Muhammadiyah Sumatera Timur dijabat oleh Buya Hamka, Tami Marihat Usnian, HM Bustami Ibrahim, dan Agus ditunjuk sebagai sekretaris.

Sekitar bulan Juli 1941 berlangsung konfrensi di Binjai, dan dalam konferensi ini pengumpul suara terbanyak adalah H.Saleh dari Pematang Siantar, dan berpeluang menjadi konsul Muhammadiyah. Akan tetapi dia mengundurkan diri, maka ditetapkanlah Buya Hamka sebagai ketua Konsul Muhammadiyah Daerah Sumatera Timur. Jabatan Konsul Muhammadiyah ini dipegangnya sampai masa Jepang menyerah kalah pada tentara sekutu. Dan Buya Hamka meninggalkan Medan, tetapi setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, Hamka kembali ke Medan.

Pada musyawarah daerah Sumatera Timur, Hamka menyarankan agar Pimpinan Muhammadiyah Daerah Sumatera Timur diserahkan kepada Buya H.Bustami Ibrahim, akan tetapi Buya Bustami Ibrahim menolaknya. Akhirnya disepakati untuk tidak memakai istilah Konsul Muhammadiyah Sumatera Timur, diganti dengan Majelis Perwakilan Pimpinan Pusat Muhammadiyah Sumatera Timur yang diamanahkan kepada Buya M.Nasution, Yusuf Ahmad, HM Bustami Ibrahim, Bachtiar Yunus, Rasami, Dul Pakansi dan A.Malik Munir dengan pusat kegiatan di Medan, namun masing-masing kesibukannya di partai, maka pimpinan Muhammadiyah Sumatera Timur dipegang oleh Buya Bustami Ibrahim.

HM Nur Rizali, SH dalam Sarasehan Sehari, sejarah Muhammadiyah Sumatera Utara tanggal 22 Juli 1990 di Kampus I Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) menjelaskan, khusus di daerah tingkat II Kotamadya Medan pernah dibentuk struktur pimpinan dengan nama Badan Koordinasi Pimpinan Muhammadiyah Daerah Tingkat II Medan (BKPM) yang diketuai oleh Kapten Mukhtar Kamal. Namun katanya di penghunjung tahun 1967 di Musyawarah Daerah (Musyda) pertama Kotamadya Medan, istilah BKPM diganti dengan struktur Pimpinan Muhammadiyah Daerah (PMD) Kotamadya Medan dan terpilih ketua lama, sehingga susunan pimpinan selengkapnya adalah :

             Ketua                   :  Mukhtar Kamal
             Wakil Ketua-I       :   Lukman St.Sati
             Wakil Ketua-II      : Haris Muda Nasution
             Wakil Ketua-III     : Usman Yakub Siregar
             Sekretaris              : Dasyaruddin Ajus
             Wakil Sekretaris    : M.Nur Rizali, SH
             Bendahara             : H. Monang Samosir
             Anggota-anggota    : Bachtiar Ibrahim, Syafii Khatib dan Darwisah Mukhtar.

Adapun Ketua PMD Kotamadya Medan sejak terbentuknya di Kota Medan, adalah sebagai berikut :

 1. Periode 1965 – 1968     : Kapten Mukhtar Kamal
 2. Periode 1968 – 1971     : TA Latief Rousdi
 3. Periode 1971 – 1975     : Kalimin Sunar
 4. Periode 1975 – 1978     : A.Malik Syafi'i
 5. Periode 1978 – 1985     : Kalimin Sunar
 6. Periode 1985 – 1990     : Firdaus Naly (pada periode ini istilah PMD berubah menjadi Pimpinan Daerah Muhammadiyah
                                             (PDM) dan perpindahan kantor dari Jalan Thamrin ke Kompleks Ranting Muhammadiyah
                                             Mandala, Jalan Mandala by Pass No.40 Medan, kanor yang sekarang.
 7. Periode 1990 – 1995     : dr. Zulkarnaini Tala, Sp.OG

 8. Periode 1995 – 1999     : Ir. Amri Husni Siregar
 9. Periode 1999 – 2000     : Drs. H. Miskun AR
10. Periode 2000 – 2005    : dr. Rizali Haris Nasution
11. Periode 2005 – 2010    : H. Bahril Datuk, SE, MM
12. Periode 2010 – 2015    : Drs. Adri. K, SPd.I
13. Periode 2015 - 2020    :  Drs.Anwar Sembiring, M.Pd

                                                                      ----------------



 

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website